Daftar Blog Saya

Senin, 27 Februari 2012

MENJADI GURU YANG PROFOSIONAL


BAB I
PENDAHULUAN

Profesi guru saat ini masih dibicarakan banyak orang, baik dikalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan beberapa tahun terakhir ini berita tentang guru banyak dimuat di surat kabar, baik elektronik maupun cetak. Ironisnya berita-berita tersebut memuat tentang sisi negative guru yang mungkin hanya sesekali dan merupakan kekhilafan seorang guru. Lebih menyedihkan lagi guru tidak bisa membela diri terhadap fenomena semacam itu.
Memang jika terkait pada masalah di atas, posisi guru berada pada serba salah. Disatu sisi ia harus menjadi sosok yang patut diteladani, namun di sisi lain juga harus membela harga dirinya yang tercabik-cabik. Wibawa guru secara tidak langsung telah dirongrong oleh tuduhan dan protes dari berbagai kalangan. Meskipun bisa membela diri, tidak akan mengembalikan citra guru pada kondisi semula. Bisa jadi malah bertambah buruk jika tanggapan berbagai kalangan tetap negative.
Sikap dan perilaku masyarakat memang bukan tanpa alas an. Sebab ada sebagian guru yang melanggar / menyimpang dari kode etiknya, walaupun itu hanya sebagian kecil. Namun seberapa pun kecilnya kesalahan guru, reaksi masyarakat sangat besar. Hal ini dapat dimaklumi mengingat guru adalah sosok yang menjadi anutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Hanya saja permasalahannya sekarang, bagaimana supaya masyarakat tidak menjadikan guru sebagai sosok yang selalu benar, tidak boleh ada kesalan sedikitpun. Bagaimanapun juga guru adalah manusia yang terkadang bisa berbuat salah. Oleh kaena itu janganlah guru selalu dijadikan kambing hitam dalam setiap permasalahan yang menimpa anak didiknya.
Memang ada sebagian besar guru yang tidak professional dalam cara mengajarnya. Menurut Moh. Uzer Usman hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu:
1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan.
2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru.
3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru semakin merosot.
Sudah saatnya bagi siapa saja, khususnya guru untuk mengubah citra negative tersebut.
Peningkatan profesionalisme guru sudah menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan. Tanpa digagas pun, seorang guru hendaklah memiliki inisiatif sendiri untuk selalu mengembangkan potensi profesionalismenya. Sehingga harapan ke depannya guru mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin pesat.


BAB II
TUGAS, PERAN, DAN KOMPETESI GURU

Tugas Guru
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan.
Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar
Peran dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adam & Decey dalam Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor.
Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata dasar professional yang berarti a vocation an wich professional knowledge of some department of learning science is used in its applications to the of other or in the practice of an art found it.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan professional memerlukan beberapa ilmu yang sengaja harus dipelajari dan kemudian diaaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar inilah maka pekerjaan professional berbeda dengan pekerjaan lain, karena di dalamnya dibutuhkan kecakapan dan ketrampilan khusus.
Professional yang berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. (Dr. Nana Sudjana, 1988)
Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru professional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. (Agus F. Tamyong, 1987).
Yang dimaksud terdidik dan terlatih di sini bukan hanya memperoleh pendidikan formal, tetapi juga memiliki kemampuan, menguasai berbagai teknik dan strategi dalam kegiatan belajar mengajar, dan juga menguasai dasar-dasar / landasan-landasan kependidikan. Lebih dari itu guru mampu memberikan peserta didik kenyaman dan ketentraman dalam proses belajar mengajar. Hal ini penting sebab faktor suasana juga mempengaruhi proses belajar siswa.
Syarat-syarat Profesi
Mengingat bahwa tidak sembarangan orang bisa menjadi seorang guru, dan tidak hanya memiliki pengetahuan saja unutk menjadi seorang guru, maka dalam hal ini dibuatlah beberapa kriteria sebagai tolok ukur sehingga seperti apa / bagaimana seorang guru dapat dikatakan telah professional. Sebab tugas guru tidak sekedar transfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu guru memilliki tanggungjawab terhadap proses belajar siswa-siswanya. Adapun persyaratan tersebut antara lain (Drs. Moh. Ali, 1985) :
1. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dan pekerjaan yang dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Dari beberapa persyaratan yang telah dikemukakan di atas, jelas bahwasanya pekerjaan professional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus menyiapkan pekerjaan itu. Adapun untuk profesi guru maka jalur pendidikan yang dapa tdi tempuh misalnya, Pendidikan Guru Sekolah dasar (PGSD), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah (PGMI), IKIP, dan fakultas di luar lembaga keguruan lainnya.
Jenis-Jenis Kompetensi
1. Kompetensi Pribadi, seperti mengembangkan kepribadian, berinteraksi dan berkomunikasi, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, dan melaksanakan administrasi sekolah.
2. Kompetensi Profesional, seperti menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, melakssanakan program pengajaran, dan menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.


BAB III
KONDISI BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF

Guru dituntut untuk mampu mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalambelajar. Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variable yang menentukan keberhasilan melajar siswa, sebagai berikut:
1. Melibatkan siswa secara aktif
Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalam beberapa hal.
a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.
b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.
c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.
d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis.
e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.
2. Menarik minat dan perhatian siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh minat pada bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak terhadap kesenian.
3. Membangkitkan motivasi siswa
Motivasi dapat timbul dari dalam individu (intrinsik) dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya (ekstrinsik). Motivasi intrinsic timbul sebagai akibat dari dalam individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.
4. Prinsip individualitas
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang saja melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
5. Peragaan dalam pengajaran
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran dari pada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran.


BAB IV
KLASIFIKASI TUJUAN DAN PENILAIAN PROSES

1. Perumusan tujuan pembelajaran dan kaitannya dengan taksonomi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar-mengajar. Untuk itu guru dituntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan pedoman dalam perumusan tujuan instruksional yang tidak asing lagi bagi setiap guru dimana pun ia bertugas.
Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan., pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak.
a. Klasifikasi tujuan kognitif (Bloom, 1956), ada enam yaitu, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Klasifikasi tujuan afektif (Krathwohl, 1964), terbagi dalam lima kategori yaitu, penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi.
c. Klasifikasi tujuan psikomoto (Dave, 1970), terbagi dalam lima kategori, yaitu peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, pengalamamiahan.
2. Penilaian ketrampilan proses
Penilaian prose dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok siswa.
Kemampuan atau ketrampilan yang terdapat dalam penilaian proses yaitu, mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.


BAB V
PENYUSUNAN PROGRAM PENGAJARAN

Sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar 9 tahun dan SMU bahwa dalam penyusunan program pengajaran, perlu diperhatikan komponen-komponen penting berikut :
1. Penguasaan materi pelajaran
Penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran.
2. Analisis materi pelajaran (AMP)
Adalah hasil dari kegiatan yang berlangsung sejak seorang guru mulai meneliti isi GBPP kemudian mengkaji materi dan menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya. AMP adalah salah satu bagian dari rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan erat dengan materi pelajaran dan strategi penyajiannya.
3. Program tahunan dan program caturwulan
Merupakan bagian dari program pengajaran. Program tahunan memuat alokasi waktu untuk setiap pokok bahasan dalam setiap tahun pelajaran. Program caturwulan merupakan salah satu bagian dari program pengajaran yang memuat alokasi waktu untuk membuat program caturwulan.
4. Program satuan pelajaran / persiapan mengajar
Yaitu salah satu bagian dari program pengajaran yang memuat suatu bahasan untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan.
5. Rencana pengajaran
Rencana pengajaran berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar di kelas agar lebih efisien dan efektif.


BAB VI
BEBERAPA KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR

1. Ketrampilan bertanya
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa.
2. Ketrampilan memberi penguatan
Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
3. Ketrampilan mengadakan variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
4. Ketrampilan menjelaskan
Yaitu penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
5. Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selala jam pelajaran itu.
Latihan penerapan dalam pengajaran mikro
a. Sajikan suatu pengajaran selama 10 – 15 menit. Khususkan latihan dalam hal :
- menarik perhatian siswa
- menimbulkan motivasi
- member acuan
- menutup pelajaran
b. sajikan suatu pengajaan selama 10 – 15 menit. Latihlah semua komponen membuka dan menutup pelajaran. Mintalah teman sejawat anda untuk mengamatinya dengan menggunakan lembar observasi ketrampilan membuka dan menutup pelajaran. Bila ada video-tape-recorder, rekamlah dan putar kembali untuk mengetahui kelemahan yang perlu diperbaiki.
6. Ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
7. Ketrampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar.
8. Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.


BAB VII
PENILAIAN KEMAMPUAN MENGAJAR

Kompetensi yang harus dimiliki setiap calon guru salah satunya adalah kemampuan melaksanakan program pengajaran yang merupakan salah satu criteria eberhasilan pendidikan prajabatan guru, maka perlu ada semacam instrumen penilaian yang dapat mengunggkapkan aspek-aspek ketrampilan yang sifatnya dasar dan umum.
Untuk memenuhi harapan tersebut di atas yang dapat mengetahui dan mengungkapkan kemampuan dalam mengajar sebagai salah satu aspek kelayakan kemampuan guru, dapat digunakan Instrumen Penilaian Kemampuan Mengajar (IPKM) dan selama ini dipakai sebagai salah satu alat penilaian kemampuan mengajar yang terdiri dari :
1. Lembar penilaian ketrampilan menyusun rencana pengajaran atau satuan pelajaran (IPKM-1)
2. Lembar penilaian ketrampilan melaksanakan prosedur mengajar atau pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas (IPKM-2)
3. Lembar penilaian ketrampilan melaksanakan hubungan antarpribadi (IPKM-3)


BAB VIII
KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN

Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari system pendidikan nasional. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan selama 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP atau satuan pendidikan yang sederajat.
Penjabaran kurikulum pendidikan dasar 9 tahun disusun dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam bidang pendidikan dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
Tujuan pendidika dasar 9 tahun
Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.
Isi program pengajaran
Isi kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang pendidikan Pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika termasuk berhitung, pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar serta bahasa inggris.

Kompetensi Guru

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia pada saat ini bisa dikatakan masih tertinggal jauh dengan Negara- Negara lain yang sedang berkembang. Hal ini mungkin disebabkan karena system pendidikan di Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat perkembangan dan kemajuan zaman. Perlu adanya reformasi pendidikan dan pembenahan kembali system pendidikannya agar bisa mengejar ketertinggalannya.Guru yang merupakan salah satu bagian yang urgen dari proses pendidikan juga harus mengadakan pembaharuan-pembaharuan. Seorang guru tidak boleh stagnan karena akan membuatnya tertinggal dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang pesat. Sebagai pengajar sekaligus pendidik, guru dituntut harus memiliki kecakapan dibidangnya. Profesionalisme harus dimiliki setiap guru demi mendongkrak keterpurukan dan ketertinggalan bangsanya dalam dunia pendidikan. Guru yang berkompeten akan memberikan pengaruh baik pada anak didiknya. Anak didik akan termotivasi dan lebih giat lagi dalam mennggali ilmu pengetahuan yang belum diketahuinya.Kecerdasan intelektual dan perilakunya sehari-hari merupakan sosok yang menjadi contoh bagi setiap anak didiknya. Oleh karena itu kompetensi dan profesionalitas guru sebaiknya sudah benar-benar direncanakan, diaplikasikan dan dikembangkan dalam kegiatan proses belajar mengajar.Dalam makalah ini akan dibahas sekelumit tentang kompetensi guru dan pengaruhnya terhadap anak didik. Serta akan dibahas pula mengenai kriteria guru yang berkompeten dan juga beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya profesionalisme guru dalam mengajar anak didiknya.

PEMBAHASAN

Pengertian Kompetensi“Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan berikut.Dalam buku Descriptif of qualitative nature or teacher behavior appears to be entire meaningfull (Broke and Stone, 1975), kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.Dalam The state legally competent or qualified (Mc. Leod 1989), kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan.Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a teacher to responsibibly perform has or her duties appropriately. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.Dari beberapa gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.”[1]Seseorang yang kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan social di masyarakatnya. Secara nyata orang yang kompeten mampu bekerja di bidangnya secara efektif-efisien. Artinya, kadar kompetensi seseorang tidak hanya menunjuk kuantitas tetapi sekaligus menunjuk kualitas kerja.
B. Pengaruh Kompetensi Guru pada Anak Didik
Pada dasarnya prestasi subjek didik sangat dipengaruhi oleh kompetensi pengajarnya. Dalam konteks ini perlu dipahami dua definisi penting mengenai sebuah kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu:1) kompetensi guru adalah himpunan pengetahuan, kemampuan, dan keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilkan untuk situasi mengajar (Anderson, 1989, dalam Jacob, 2002, h.2);2) kompetensi mengajar adalah tingkah laku pengajar yang dapat diamati (Cruickshank, 1985, dalam Jacob, 2002, h.2).Sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa profil kompetensi guru sangat berpengaruh besar terhadap prestasi siswa. Guru yang tidak menguasai bahan ajar, tidak menguasai landasan-landasan kependidikan, tidak menguasai psikologi belajar siswa, dan kompetensi lainnya sudah tidak dapat diandalkan lagi dalam konteks pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang yang profesional.
Saat ini guru sudah tidak memiliki waktu lagi untuk sekadar berdiam diri dalam menyikapi setiap perubahan cepat yang terjadi di dunia pendidikan. Ada 4 hal penting yang dapat diusahakan oleh guru untuk membangun kemantapan diri sekaligus mengembangkan kompetensi diri dan kompetensi mengajarnya, di antaranya:1. membangun kemantapan diri;2. mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah (seminar, lokakarya, diskusi ilmiah, dsb) secara berkesinambungan dalam merespons secara aktif setiap isu-isu terbaru yang berkembang dunia pendidikan;3. mempelajari hasil-hasil penelitian dari berbagai literatur tentang kompetensi mengajarnya yang berhubungan dengan prestasi subjek didik;4. sebagai hasil dari analisis tugas mengajar pada tingkat dan kurikulum yang berbeda.[2]
C. Kesiapan Guru
Ada pepatah Jawa mengatakan, guru adalah "digugu dan ditiru" (diikuti dan diteladani), berarti guru harus memiliki:
1. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru harus mempersiapkan diri sedini mungkin, jangan sampai ia kerepotan ketika berhadapan dengan siswa. Penguasaan materi sangat penting, jangan sampai pengetahuan seorang guru jauh lebih rendah dibandingkan siswa.
2. Kemampuan profesional yang baik. Seorang guru harus menjadikan tanggung jawabnya merupakan pekerjaan yang digandrungi.
3. Penuh rasa tanggung jawab sangat dibutuhkan, kemampuan untuk mengajar sesuai disiplin ilmu yang dimilikinya. Ironisnya kenyataan kini masih ada seorang guru mengajar tidak sesuai bidangnya. Misalnya, jurusan matematika mengajar bahasa Indonesia, jurusan dakwah mengajar PPKn, jurusan bahasa Indonesia mengajar penjaskes dan lain sebagainya.
4. Idealisme dan pengabdian yang tinggi. Hakikat seorang guru adalah pengabdian, dedikasi seorang guru harus tinggi, serta harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dengan tujuan mendidik, membina, mengayomi anak didiknya.
5. Memiliki keteladanan untuk diikuti dan dijadikan teladan. Keteladanan seorang guru merupakan perwujudan dari realisasi kegiatan belajar mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat berpengaruh terhadap sikap siswa.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru, peranan guru tidak hanya sebagai teacher (pengajar), tapi guru harus berperan sebagai :
1. Pelatih (Coach)
2. Konselor
3. Manajer belajar[3]
1) Pelatih (coach), guru yang profesional, yang berperan ibarat pelatih olah raga. Ia lebih banyak membantu siswanya dalam permainan, bedanya permainan itu adalah belajar (game of learning) sebagai pelatih, guru mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
2) Konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa, menciptakan suasana di mana siswa belajar dalam kelompok kecil di bawah bimbingan guru.
3) Manajer belajar, guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan, ia membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, mengeluarkan ide terbaik yang dimilikinya. Di sisi lain, ia sebagai bagian dari siswa, ikut belajar bersama mereka sebagai pelajar, guru juga harus belajar dari teman seprofesi.
D. Faktor penyebab kurang profesionalnya guru
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru kurang profesional dalam memangku jabatannya. Pertama, faktor internal biologis. Guru juga manusia yang juga butuh kesehatan dan nutrisi seimbang melalui pola makan yang sehat agar bisa produktif. Sesuai anjuran para ahli, pola makan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Bisa disimpulkan, bagaimana mungkin para guru bisa sehat (produktif dan profesional), kalau hanya sekali makan telur atau lauk.
Kedua, faktor internal psikologis. Di samping punya tanggung jawab terhadap anak didik dan lembaga pendidikan, guru juga punya tanggung jawab terhadap keluarga (anak, suami/istri). Dengan penghasilan minim, ia akan mengalami ketidakpastian kesejahteraan hidup diri dan keluarganya. Sehingga satu per satu akan muncul kebutuhan atau dorongan lain.
Keadaan munculnya dua kebutuhan atau lebih saat bersamaan, akan menimbulkan konflik. Kurt Lewin (1890-1947) membedakan tiga macam konflik. Konflik yang dialami para guru adalah konflik approach, yakni jika dua kebutuhan atau lebih muncul secara bersamaan dan keduanya mempunyai nilai positif bagi individu.Jika muncul kebutuhan atau dorongan untuk bertindak tapi tidak dapat terpenuhi atau terhambat, akan menyebabkan frustrasi atau depresi. Gangguan frustrasi atau depresi secara fisik memang tidak tampak, namun siksaan bagi para pengidapnya sangat berat. Setiap detik penderita akan disesaki oleh kekhawatiran, ketakutan dan kengerian. Hal yang tak kalah berat dialami penderita depresi, tidak hanya pikiran tapi juga fisik. Sakit kepala, sakit perut dan tubuh makin kurus, kegembiraan hidup musnah dan hidup terasa hambar.
Ketiga, faktor eksternal psikologi. Gaji yang minim, penunjang profesionalitas juga minim. Kalau gaji minim tapi tanggung jawab berat, guru akan merasa tidak dihargai. Ada suatu kisah seorang guru di Jakarta yang harus mengajar anak-anak orang kaya. Murid-murid yang diajarnya sudah bisa komputer, internet, bahasa Inggris, dan berwawasan luas, disebabkanorang tuanya langganan koran. Akibatnya, sang guru merasa minder.
Tak kalah penting, yang perlu diperhatikan adalah proses rekruitmen guru. Proses rekruitmen guru tak sekadar mengisi kekurangan, tapi juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebab meski maraknya teknologi informasi mampu mengadakan sumber ajar yang besar, guru tetap memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan.
Akhirnya, profesionalisme guru tidak hanya kembali pada guru itu sendiri, tapi juga dukungan, penghargaan dan political will pemerintah sangat dinantikan. Tanpa usaha serius dari semua pihak, kondisi guru akan makin memprihatinkan dan profesionalisme sulit dicapai.E. Macam-macam Kompetensi Keguruan1. Kompetensi Pedagogik dan Intelektual.
Tugas guru tidak hanya sekedar mengajar, tetapi juga mendidik. Mengajar adalah memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau ketrampilan-ketrampilan kepada anak-anak. Jadi, dengan pengajaran guru berusaha membentuk kecerdasan dan ketangkasan anak. Sedangkan yang dimaksud dengan mendidik ialah membentuk budi pekerti dan watak anak-anak. Jadi, dengan pendidikan guru berusaha membentuk kesusilaan pada anak.
Untuk melakukan tugas sebagai guru, tidak sembarangan orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang ada di dalam Undang-Undang nomor 12 tahun 1994 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut.
Syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3, 4 dan pasal 5 undang-undang ini.
Dari pasal-pasal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat untuk menjadi guru adalah sebagai berikut:berijazah,sehat jasmani dan rohani,takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik,bertanggung jawab,berjiwa nasional[4].
Mengenai ijazah, ia bukanlah sekedar sehelai kertas saja. Ijazah adalah surat bukti yang menunjukkan bahwa seseorang telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan tertentu, yang diperlukan untuk suatu jabatan atau pekerjaan.
Namun tentu saja belum dapat dipastikan bahwa setiap orang yang berijazah itu dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Tiap-tiap orang membutuhkan pengalaman-pengelaman dalam pekerjaannya untuk memperbaiki dan mempertinggi hasil pekerjaannya.Meskipun demikian, untuk menjadi seorang pendidik haruslah memiliki ijazah yang diperlukan. Itulah bukti bahwa yang bersangkutan telah mempunyai wewenang, telah dipercayai oleh Negara dan masyarakat untuk menjalankan tugasnya sebagai guru.
Menguasai mata pelajaranGuru harus selalu menambah pengetahuannya. Mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar. Guru yang pekerjaannya memberikan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan kepada murid-muridnya, tidak akan mungkin berhasil dengan baik jika guru itu sendiri tidak selalu berusaha menambah pengetahuannya.
Guru bukanlah mesin yang dapat memberikan pengajaran tiap-tiap tahun dengan cara yang sama dan tentang pengetahuan yang itu-itu saja. Dunia makin maju. Kebudayaan manusia pun berubah dan bertambah. Penjelasan-penjelasan yang diberikannya berdasarkan pendapat pengerang-pengerang lain (buku-buku, dan sebagainya) belum tentu tetap benar, dan mungkin sudah tidak diakui lagi oleh masyarakat zamannya karena sudah ada yang penggantinya yang baru.Suka kepada mata pelajaran yang diberikannyaMengajarkan mata pelajaran yang disukainya hasilnya lebih baik dan mendatangkan kegembiraan baginya dari pada sebaliknya. Disekolah menengah hal ini penting bagi guru untuk memilih mata pelajaran apa yang disukainya yang kemudian untuk diajarkan pada murid-muridnya. Mungkin bagi guru baru, mula-mula apa saja yang disanggupinya.
Di sekolah-sekolah menengah, yang umumnya memakai system guru vak (tiap-tiap guru memegang satu atau dua mata pelajaran yang disukainya), hal ini tidak menjadi kesulitan. Tetapi, di sekolah rendah lain lagi kondisinya. Mata pelajaran di SD yang banyak macamnya itu diajarkan oleh seorang guru saja. Biarpun demikian, tiap-tiap guru hendaklah berusaha supaya menyukai pelajaran-pelajaran yang diberikan kepada murid-muridnya. Seorang guru yang selalu memperlihatkan gerak-gerik bahwa ia sendiri tidak suka kepada mata pelajaran yang diberikannya, akan mematikan semangat belajar murid.Berpengetahuan luasSelain menguasai mata pelajaran yang sudah menjadi tugasnya, seorang guru sebaiknya mengetahui pula tentang segala sesuatu yang penting-penting, yang ada hubungannya dengan tugasnya di dalam masyarakat. Guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi masyarakat.
Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual yang luas dan yang tidak kunjung padam. Para guru hendaknya dapat melihat lebih banyak dari pada orang-orang lain, memikir lebih banyak lagi, dan mengerti lebih banyak dari pada orang lain di dalam masyarakat tempat ia hidup. Pendek kata, ia harus mengetahui lebih banyak tentang dunia ini.Pekerjaan guru berbeda dengan pegawai kantor lainnya. Guru mempunyai dua fungsi istimewa yang membedakan dari pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja lainnya di dalam masyarakat, yaitu:
Mengadakan suatu jembatan antara sekolah dan dunia ini. Dalam hal ini jalan yang terbaik adalah menghubungkan dirinya sendiri dengan kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan serta kemajuan-kemajuan yang terdapat di dalam masyarakat zamannya.
Mengadakan hubungan antara masa muda dan masa dewasa. Ia harus dapat menafsirkan / menjelaskan kehidupan seorang dewasa kepada para pemuda sehingga mereka akan menjadi dewasa pula. Untuk itu, seorang guru harus hidup dalam dua dunia, yaitu dunia anak-anak atau pemuda dan dunia orang dewasa.[5]
2. Kompetensi Sosial
Berpartisipasi aktifGuru mampu berperan secara aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakatnya. Dengan daya kritis serta selektifnya, guru hendaknya mampu mempertimbangkan, menentukan nilai-nilai budaya yang akan dijadikan dasar sekaligus sasaran dalam membimbing, mengajar, dan melatih siswanya.
Menjadi teladan masyarakat sekitarSeorang guru seharusnya sadar bahwa tugas dan kewajiban untuk mendidik bangsa tidak sebatas di lingkungan sekolah saja. Tugas dan kewajiban itu dibawa selamanya kemanapun. Tidak berarti usai bel terakhir berdentang, berakhir pula tugas seorang guru. Justru ada tugas dan kewajiban baru di tengah-tengah masyarakat.Guru harus mampu menjadi teladan dalam segala hal, terutama terkait dengan sikap dan perilaku seorang guru. Secara moral, tak dapat dipungkiri bahwa profesi guru memiliki tugas dan tanggung jawab lebih besar. Dan hendaknya semua itu dipandang secara positif, jangan dianggap sebagai beban.Keteladanan memang susah ditumbuhkan di hati para guru yang memilih profesi guru hanya sebagai mata pencahariannya. Mereka cenderung mambuat kalkulus untung rugi, sehingga tidak akan bekerja melebihi apa yang ada pada aturan dan prosedur.
Suka bergaul dan rendah hatiSelain makhluk individu, manusia juga makhluk social. Hidup saling membutuhkan, tidak mungkin seirang manusia mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Sebagai makhluk social, interaksi antar sesame menjadi kebutuhan mutlak. Walaupun manusia memiliki Ego, namun pada saat-saat tertentu ego harus ditanggalkan.Seorang guru yang baik semestinya pandai bergaul, ia tidak boleh menutup diri seolah-olah tidak membutuuhkan masyarakat sekitarnya. Boleh saja guru menjaga privasinya, namun hendaknya tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
Dalam bergaul, seorang guru juga tidak boleh melupakan sikap rendah hati. Guru yang menampilkan sikap dan perilaku rendah hati akan lebih mudah diterima masyarakat. Berendah hati itu akan selalu membawa keberuntungan karena masyarakat suka pada pribadi yang rendah hati. Berendah hati menandakan sosok pribadi yang sudah kenyang makan garam kehidupan. Belajar pada padi yang semakin berisi semakin menunduk. Guru seharusnya sadar bahwa citranya di dalam masyarakat adalah sosok yang berilmu.
3. Kompetensi Personal
Kompetensi personal dari seorang guru merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruannya secara professional. Kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan pengkhususan komunikasi personal antara guru dan siswa. Kompetensi personal menunjuk perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Adapun beberapa kompetensi personal guru diantaranya sebagai berikut.Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan). Mengamalkan nilai hidup berarti guru yang bersangkutan dalam situasi tahu, mau, dan melakukan perbuatan nyata yang baik, yang mendamaikan diri beserta lingkungan sosialnya.
Guru hendaknya bertindak jujur dan bertangggung jawab; yang merupakan realisasi kesusilaan hidupnya, dan sekaligus merupakan pengakuan akan berbagai keterbatasannya yang perlu dibenahi dan atau diperkembangkan terus-menerus.Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil. Ciri dari seoran yang bermental sehat adalah realistis, mengenali diri serta potensi-potensinya, mengenali kelebihan serta kekurangannya, dan ulet dalam mendayagunakan seluruh kemampuannya untuk mencapai perkembangan diri serta karirnya.
Guru tampil secara pantas dan rapi, meliputi cara bertindak, bertutur, berpakaian, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan produktif. Dalam menggunakan waktu luang yang dimilikinya, guru diharap mampu merencanakannya secara rasional dan proporsional, pengisian waktu luang tersebut dapat berupa pelayanan social di lingkungannya (baik formal maupun informal), pengembangan hobi, kegiatan rekreatif, dan juga mencari tambahan penghasilan secara halal sebatas tidak mengganggu tugas pokoknya.4. Kompetensi ProfesionalSejak tahun 1979-1980 Depdikbud (Ditjen Dikdasmen dan Ditjen Dikti) telah merumuskan sepuluh kompetensi guru. Pada kenyataannya kesepuluh kemampuan dasar guru yang dituntut dalam dokumen tersebut masih menjadi harapan atau cita-cita yang mengarahkan mutu guru. Saat ini diduga masih banyak guru yang belum menguasai kesepuluh kemampuan dasar keguruan yang menjadi tolok ukur kinerjanya sebagai pendidik profesional, atau sebagian guru telah menguasai kesepuluh kemampuan dasar keguruan tersebut, tetapi bobot mutunya belum memadai (standar), atau sebagian guru menguasai beberapa dari kesepuluh kemampuan dasar keguruan tersebut dengan baik. Kesepuluh kompetensi dasar tersebut adalah:
Guru dituntut menguasai bahan ajar.
Guru mampu mengelola program belajar mengajar.
Guru mampu mengelola kelas.
Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.
Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.
Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.
Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran.
Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah.
Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.[6]
a) Guru dituntut menguasai bahan ajar.
Tugas guru adalah membantu siswanya dalam memperkembangkan akalnya (bidang ilmu pengetahuan) dan juga agar siswa menguasai kecakapan kerka tertentu. Untuk itu, mutu penguasaan bahan ajar dari para guru sangat menentukan keberhasilan pengajarannya.
b) Guru mampu mengelola program belajar mengajar.
Guru diharapkan secara fungsional menguasai tentang pendekatan system pengajaran, asas-ass pengajaran, prosedur, metode, strategi, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar, dan mampu merancang penggunaan fasilitas pengajaran.
c) Guru mampu mengelola kelas.
Inti dari pengelolaan kelas adalah usaha menciptakan situasi social kelas yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin. Kerawanan dalam pengelolaan kelas, kerawanan ketertiban kelas, dan kerawanan semangat belajar kelas disebabkan oleh banyak factor, salah satu factor penting adalah mutu pengajaran guru yang rendah.
d) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.
Pendayagunaan media (sebagai alat penyalur pesan pengajaran) dan sumber pengajaran dapat berupa penggunaan alat buatan guru, pemanfaatan kekayaan alam sekitar untuk belajar, pemanfaatan perpustakaan, pemanfaatan laboratorium, pemanfaatan nara sumber serta pengembang pengajaran di sekolah, dan pemanfaata fasilitas teknologis pengajaran yang lain.
e) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.
Landasan-landasan kependidikan adalah sejumlah disiplin ilmu yang wajib didalami calon guru, yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan (baik di sekolah maupun luar sekolah). Guru yang menguasai dasar keilmuan dengan mantap akan dapat memberi jaminan bahwa siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang bersangkutan.
f) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.
Interaksi belajar-mengajar menunjukkan adanya kerjasama antar subjek dalam upaya mencapai tujuan pengajaran. Dalam pembelajaran, guru dituntut cakap dalam aspek didaktis-metodis (termasuk penggunaan alat pelajaran, media pengajaran, dan sumber pengajaran) agar siswa dapat belajar serta giat belajar bagi dirinya.
g) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran.
Taraf keahlian guru dalam pengukuran serta penilaian hasil belajar siswa mempunyai dampak yang luas. Peningkatan profesionalitas guru dalam pengukuran serta penilaian perlu diusahakan terus menerus oleh guru sendiri dan pihak-pihak lain yang terkait dengan masalah ini, misalnya dengan belajar sendiri, mengikuti penataran, lokakarya, seminar dan sejenisnya.
h) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
Inti dari kompetensi professional guru di bidang ini adalah guru mampu menjadi pertisipan yang baik dalam pelayanan bimbingan-konseling (BK) di sekolah. Fungsi utama pelayanan BK adalah membantu siswa untuk mengenali serta menerima diri beserta potensinya, membantu siswa untuk menentukan pilihan-pilihan yang tepat dalam hidupnya, dan secara keseluruhan membantu siswa agar menikmati kebahagiaan hidupnya.
i) Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah.
Secara operasional guru dituntut cakap cakap atau mampu bekerja sama secara terorganisasi dalam pengelolaan sekolah, berperan secara standar dalam tugasnya, mematuhi aturan-aturan sekolah dan tekun menjalani tertib kepegawaian yang berhubungan dengan perkembangan karirnya (Lihat: PP No. 30, tahun 1980, bab II, ps. 2 dan 3; Lampiran 3).
j) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.
Tuntutan kompetensi keguruan di bidang penelitian pendidikan merupakan tantangan kualitatif bagi guru untuk masa kini dan yang akan datang. Program serta upaya yang sistematis dari pihak yang berwajib untuk menjamin penguasaan kompetensi di bidang ini bagi kalangan para guru hendaknya terlaksana dalam tahap pendidikan guru pra jabatan dan pendidikan guru dalam jabatan.

PENUTUP

Membicarakan guru memang seolah tiada habisnya karena guru memang tidak akan pernah terlepas dari keikutsertaannya di dalam dunia pendidikan. Dan kita tahu berbagai masalah dan perkembangan di dunua pendidikan semakin hari semakin kompleks seiring dengan kemajuan pola piker dan daya nalar otak manusia.Namun demikian ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan. Beberapa diantaranya adalah :
Ø Profesionalisme guru tidak hanya kembali pada guru itu sendiri, tapi juga dukungan, penghargaan dan political will pemerintah sangat dinantikan. Tanpa usaha serius dari semua pihak, kondisi guru akan makin memprihatinkan dan profesionalisme sulit dicapai.
Ø Menjadi guru tidaklah sama dengan pegawai lainnya. Seorang guru harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Selain itu juga guru hendaknya jangan terlalu berorientasi pada penghitungan untung rugi. Jika orientasinya hanya untung rugi dalam pendapatannya lebih baik jangan menjadi guru.
Ø Guru harus berkompeten dibidangnya. Baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.
Ø Kompetensi guru sangat mempengaruhi prestasi akan didiknya. Guru yang tidak kompeten hanya akan membuat prestasi anak didiknya merosot bahkan nilainya bisa jatuh, gara-gara pemberian materinya tidak bisa ditangkap dipahami.
Daftar Pustaka
Irmim, Soejitno dan Abdul Rochim. Menjadi Guru yang Bisa digugu dan ditiru. Seyma Media. 2004
Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Samana, A. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius. 1994
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1996
Catatan Kaki
[1] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996) halaman 14[2] //http: www.google.com Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.[3] //http:www.google.com[4] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (: Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) halaman 139[5] Ibid, halaman 148[6] A. Samana, Profesionalisme Keguruan. (Kanisius: Yogyakarta 1994) halaman 61 - 68

STRATEGI PEMBELAJARAN


v BAGAIMANA CARA MEMBUAT PESERTA DIDIK AKTIF SEJAK DINI
Pada saat-saat awal pengajaran aktif, ada tiga tujuan penting yang harus dicapai, yang dimana tujuan tersebut hendaknya diabaikan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membangun tim (Team Building), bantulah peserta didik menjadi kenal satu sama lain dan ciptakan semangat kerja sama dan saling bergantung.
2. Penegasan, pelajarilah sikap, pengetahuan, dan pengalaman peserta didik.
3. Keterlibatan belajar seketika, bangkitkan minat awal pada mata pelajaran.
Semua tujuan ini, ketika tercapai, membantu mengembangkan lingkungan belajar yang melibatkan peserta didik, mengembangkan kemauan mereka untuk berperan serata dalam pengajaran aktif, dan menciptakan norma-norma ruang kelas yang positif. Untuk mencapai tiga tujuan tersebut, hendaknya mencari beberapa strategi yang akan berguna, ketika akan memilih strategi-strategi pembuka untuk digunakan dalam kelas, ingatlah beberapa pertimbangan berikut:
1. Tingkat ancama.
2. Ketepatan terhadap norma-norma peserta didik.
3. Relevansi terhadap mata pelajaran.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut mempunyai relevansi dengan setiap aspek dari angkaian pengajaran, sangat penting dalam tahap-tahap pembuka. Sebuah pembuka yang sukses akan menentukan langkah suatu pembelajaran yang sukses.
A. Trategi Membangun Tim.
1. Trading Places (Tempat-tempat Perdagangan)
Strategi ini memungkinkan para peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Stategi ini merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang.
ü Prosedur
1. berilah peserta didik beberapa catatan Post-it?
2. mintalah mereka menulis dalam catatn mereka salah satu tentang hal berikut:
· sebuah nilai yang mereka pegangi.
· sebuah pengalaman yang mereka miliki.
· Sebuah pertanyaan tentang materi
· Sebuah opini dll.
3. mintalah peserta menempelkan catatb tersebut pada pakaian mereka dan mengelilingi ruangan sambil membaca tiap catatan milik peserta lain.
4. mintalah peserta didik untuk berkumpul dan saling menukar catatan.
5. kumpulkan kembali peserta didik dan mintalah untuk melakukan sharing mengenai apa yang mereka buat dan mengpa demikian.
2. Who is in the class? (Siapa didalam kelas?)
Teknik ini sangat baik pemecahan kebekuan suasana dikelas. Strategi ini akan membantu untuk membangun tim dan membuat gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah pelajaran.
ü Prosedur
1. buatlah 6-10 pernyataan dskriptif untuk melengkapi frase.
2. bagikan pertanyaan-pertanyaan itu kepada peserta didik dan berilah beberapa perintah.
3. ketika banyah yang peserta didik yang selesai melakukan, beri tanda stop dan kembali kekelas.
4. anda mungkin ingin memberi hadiah bagi yang selesai duluan.
5. hindari kompetisi penuh.
3. Group Resume (Resume Kelompok)
Teknik resume secara kusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu peserta didik lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim pada kelompok yang anggotanya telah saling mengenal satu sama lain.
ü Prosedur
1. bagilah peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-6 anggota.
2. beritahukan kepada peserta didik bahwa kelas memiliki kesatuan bakat dan pengalman yang hebat.
3. berikan kelompok catatan berita dan penilaian untuk menunjukan resume mereka.
4. ajaklah masing-masing kelompok menyampaikan ringkasan.
4. Prediction (Memperkirakan)
Strategi ini merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didik menjadi kenal satu sama lain, cara ini juga merupakan sebuah eksperimen yang menarik pada kesan pertama.
ü Prosedur
1. bentuklah sub-sub kelompok dari ¾ anggota .
2. beritahukan kepada mereka tugasnya adalah meramalkan bagaimana kelompoknya akan menjawab tentang pertanyaan yang dipersiapanuntuk mereka.
3. mintalah sub-sub kelompok memulai dengan memilih satu orang sebagi subyek pertamanya.
4. mintalah masing-masing anggota kelompok giliran sebagi orang fokus/utama.
5. TV Commercial (Iklan TV)
Strategi ini adalah strategi pembuka yang hebat bagi peserta didik yang saling mengenlal. Strategi ini dapat menghasilkan pembangunan tim yang cepat.
ü Prosedur
1. bagilah peserta didik menjadi beberapa tim yang terdiri dari 6 anggota.
2. mintalah untuk membuat iklan TV 30 detik yang mengklankan masalah pelajaran dengan menekankan. Misal nilai bagi mereka atau bagi dunia.
3. iklan hendaknya berisi slogan dan visual.
4. pijilah kreatifitas setiap orang.
6. The Company You Keep (Mencari Teman Membentuk Kelompok)
Teknik ini memperkenalkan gerakan fisik tepat sejak awal dan membantu peserta didik lebih saling mengenal satu sama lain. Aktivitas kelas bergerak dengan cepat dan banyak menyenangkan.
ü Prosedur
1. buatlah sebuah daftar kategori yang anda pikir untuk lebih mengenal pelajaran yang anda sampaikan. Kategori tersebut meliputi:
· bulan kelahiran.
· Orang yang disuka/tidak disuka.
· Kesukaan. Dll.
2. besihkan ruangan agar siswa dapat keliling dengan bebas.
3.
7. Really Getting Acquainted (Mengenal Teman)
Tekinik ini adalah memberi kesempatan terbatas kepada peserta didik untuk bertemu dan saling mengenal.
ü Prosedur
1. pasangkan peserta didik denngan cara yang anda inginkan.
2. mintaklah setiap pasangan untuk saling mengenal.
3. berikan beberapa pertanyaan untuk mewawancarai mereka.
8. Team Getaway (Pelepasan Tim)
Seringkali, pengajaran aktif dikembangkan/ ditngkatkan dengan menciptakan tim-tim belajar jangka panjang yang mungkin belajar bersama, maka hl ini akan membantu melakukan kegiatan-kegiatan membangun tim awal untuk menjamin sebuah permulaan yang kuat.
ü Prosedur
1. berikan masing-masing tim dengan setumpuk kartu indeks.
2. tantang masing-masing tim agar menjadi sebuah kelompok yang seefektif mungkin dengan membentuk sebuah model tiga dimensi.
3. berikan waktu 15 menit untuk konturksi tersebut.
4. ketika sudah sekesai, ajaklah kelas mengadakan serangkaian penarikan pelepasan.
9. Reconnecting (Menghubungkan Kembali)
Dalam pembelajaran yang waktunya habis, kadang-kadang akan membantu menghabiskan beberapa menit unutk mengaitkan kembali pelajaran tersebut dengan para peserta didik setelah beberapa saat lewat diantara sela pelajaran.
ü Prosedur
1. ajaklah siswa kembali pada pelajaran.
2. tentukan satu atau lebih dari pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran sebelumnya kepada peserta didik.
3. hubungkan dengan topik pelajaran sekarang.
10. The Great Wind Blows (Badai Berhembus)
Strategi ini merupakan sebuah pemecahan kebekuan yang dibuat cepat yang membuat peserta didik bergerak dan tertawa.
ü Prosedur
1. aturlah sebuah lingkaran kursi dan mintalah peserta didik duduk disalah satu kursi.
2. berikan pada peserta didik bahwa jika mereka sepakat dengan pernyataan anda berikutnya, maka hendaknya mereka pindah kursi lain.
3. berdirilah ditengah-tengah lingkaranb kursi itu.
4.
5.
11. Setting Class Ground Rules (Menetapkan Aturan Kelas)
Adalah sebuah metode polling yang memungkinkan para peserta didik menetapkan aturan aturan perilaku mereka sendiri.
ü Prosedur
B. Strategi Penilaian Secara Cepat.
12. Assessment Search (Penilaian Untuk Penilaian)
Hal ini merupakan suatu cara yang menarik untuk memberi tugas materi pelajaran andan secara cepat dan pada saat bersamaan, melibatkan peserta didik sejak awal untuk mengetahuai masing-masing siswa dan belajar kerja sama.
ü Prosedur
13. Questions Students Have (Pertanyaan Siswa)
Merupkan cara yang mudah untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan siswa. Cara ini menggunakan sebuah teknik mendapatkan partisipasi melalui tulisan daripad percakapan.
ü Prosedur
14. Instant Assessment (Penilaian Secara Cepat)
Merupakan suatu kegembiraan, bukan strategi yang menakutkan untuk mengetahui pesrta didik anda. Anda dapat menggunakannya untuk menugaskan latar belakang peserta, sikap, harapan, dan perhatian secara cepat.
ü Prosedur
15. A Representatif Sample (Sampel Kelompok)
Terkadang sebuah kelas memiliki jumlah siswa yang banyak da sangatlah tidak mungkin memahami dengan cepat siapa saja didalamnya. Prosedur ini memungkinkan untuk anada unutk memilih contoh siswa yang tepat dari seluruh kelas dan mengetahui mereka dengan mewancarai mereka di depan umum.
ü Prosedur
16. Class Concern (Perhatian Terhadap Aktivitas kelas)
Para peserta didik biasnya meegang beberapa kepedulian terhadap suatu pelajaran yang mereka hadiri untuk pertama kali, kususnya jika pelajaran itu bercirikan belajar aktif. Kegiatan ini memungkinkan kepedulian untuk diungkapkan dan didiskusikan secara terbuka, namun dengan cara yang aman.
ü Prosedur
C. Strategi Melibatkan Peserta Didik dalam Belajar dengan Segera (Immediate Learning Involvement strategies).
17. Active Knowledge Sharing (Berbagai Pengetahuan Secara Aktif)
Adalah sebuah cara yang bagus untuk menarik para peserta didik dengan segera pada materi pelajaran anda. Dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan para peserta didik selagi pada saat yang sama, melakukan beberapa bangunan tim.
ü Prosedur
18. Rotating Trio Exchange (Pertukaran Trio Perputaran)
Adalah sebuah cara mendalam bagi peserta didik untuk berdikusi tentang berbagai masalah dengan beberapa teman-teman kelasnya. Pertukaran itu dapat dengan mudah dilengkapi dengan materi pelajaran.
ü Prosedur
19. Go To Your Post (Bergerak Ke Tempat Yang Dipilih)
Adalah sebuah strategi terkenal untuk menggabungkan gerakan fisik pada pemulaan suatu pelajaran. Strategi ini untuk digunakan bagi berbagai macam kegiatan yang dirancang untuk merangsang minat awal dalam materi pelajaran.
ü Prosedur
20. Lightening The Learning Climate (Mengurangi Suasana Belajar Formal)
Sebuah kelas dapat dengan cepat mencapai suatu iklim belajar yang informal, tidak mengancam, dengan mengajak peserta didik untuk menggunakan humor kreatif tentang pelajaran secara langsung. Untuk membuat peserta didik untuk berfikir.
ü Prosedur
21. Exchanging Viewpoint (Petukaran Pandangan)
Kegitn ini dapat digunakan untuk merang sang keterlibatan segera dalam materi pelajaran anda. Strategi ini juga memperingatkan peserta didik agar menjadi pendengar hati-hati dan membuka diri terhadap berbagai macam sudut pandang.
ü Prosedur
22. True Or False? ( Betul atau Salah?)
Kegiatan kolaboratif ini juga merangsang keterlibatan langsung dalam materi pelajaran anda. Untuk mengembangkan bangunan tim, berbagai pengetahuan, dan belajar langsung.
ü Prosedur
23. Buying Into The Course (Membuat Kontrak dalam Pelajaran)
Desain in memberi sebuah jalan bagi para peserta didik unutk berpikir tentang dan mengenal tanggung jawab individunya untuk belajar aktif di kelas.